Resources / Regulation / Surat Edaran Dirjen Bea dan Cukai

Surat Edaran Dirjen Bea dan Cukai – SE 22/BC/2007

Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.04/2005 Tentang Penetapan Harga Dasar Dan Tarif Cukai Hasil Tembakau, Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-30/BC/2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 07/BC/2005 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Jual Eceran (HJE) Hasil Tembakau dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-30/BC/2007 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau, dipandang perlu untuk mengatur Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Harga Jual Eceran Hasil Tembakau, Penyediaan Pita Cukai, Pemesanan Pita Cukai, Pencacahan Pita Cukai, Dan Pengembalian Cukai dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebagai berikut:

  1. Bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007 tersebut diatur hal yang baru berkaitan dengan hasil tembakau antara lain:
  1. Penyederhanaan golongan Pengusaha Pabrik dari 4 golongan menjadi 3 golongan untuk hasil tembakau SKT dan TIS. Untuk hasil tembakau jenis KLB, KLM, dan SPT juga dilakukan penggabungan golongan yaitu dari dua golongan menjadi satu golongan.
  2. Ketentuan perihal HJE minimum dan tarif cukai Hasil tembakau jenis Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) disamakan HJE-nya dan tarif cukainya dengan hasil tembakau jenis SKM.
  3. Tarif cukai advalorum hasil tembakau jenis SKM, SPM, dan SKT, diturunkan secara proporsional dengan penambahan tarif cukai spesifik. Sebelumnya tarif cukai spesifik untuk golongan I Rp 7, golongan II Rp 5, golongan III, IIIA, dan IIIB Rp 3, sedangkan mulai 1 Januari 2008 maka tarif cukai spesifik untuk hasil tembakau tersebut adalah Rp 35, kecuali hasil tembakau jenis SKT golongan III (gabungan golongan IIIA dan IIIB) yaitu Rp 30.
  4. Golongan pengusaha pabrik II dan III dapat menurunkan HJE yang berlaku paling tinggi 15% dengan mengajukan permohonan. Penetapan tentang penurunan HJE paling lambat dilaksanakan pada akhir Januari 2008, dengan tata cara penurunan HJE yang berlaku diatur dalam P-30/BC/2007.
  5. HJE minimum golongan I untuk hasil tembakau jenis SKM ditetapkan Rp 600,00, SPM ditetapkan Rp 375,00, dan SKT ditetapkan Rp 520,00.
  6. Hasil tembakau yang diimpor dikenakan tarif cukai tertinggi tanpa membedakan jenis hasil tembakaunya dan tidak dapat menurunkan HJE yang berlaku.
  1. Penetapan Harga Jual Eceran (HJE)

Penetapan HJE yang masih berlaku sudah harus dilakukan oleh Kepala Kantor paling lambat 30 Nopember 2007 untuk seluruh Pabrik hasil tembakau.

1. Penetapan Kembali HJE yang masih berlaku:
Penetapan HJE bagi Pengusaha Pabrik golongan I untuk jenis SKM, SPM, dan SKT yang tidak mengalami perubahan HJE dilakukan oleh Kepala Kantor tanpa menunggu permohonan dari Pengusaha Pabrik. Pengusaha pabrik golongan II dan III jenis SKM, SPM, dan SKT yang tidak mengajukan permohonan penurunan HJE, Kepala Kantor menetapkan penetapan kembali HJEnya.

Sebagai contoh:

  1. Merek “A” jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I, dengan tarif cukai 22%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 6,650,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 6,650,00 per kemasan dengan tarif cukai 18%.

  1. Merek “B” jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I, dengan tarif cukai 40%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 8,050,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 8,050,00 per kemasan dengan tarif cukai 36%.

  1. Merek “C” jenis SPM isi 20 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I, dengan tarif cukai 40%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 8,800. Penetapan HJEnya adalah Rp 8,800,00 per kemasan dengan tarif cukai 34%.

  1. Merek “D” jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIA (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 8%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 4,650. Penetapan HJEnya adalah Rp 4,650,00 per kemasan dengan tarif cukai 0%.

2. Penetapan penurunan HJE:
Pengusaha pabrik golongan II /golongan III hasil tembakau jenis SKM, SPM dan SKT yang mengajukan permohonan penurunan HJE (dengan dilampiri dokumen CK-21A), Kepala Kantor menetapkan penurunan HJE sesuai ketentuan yang berlaku.

Penghitungan:
HJE Baru = HJE per kemasan dikali 85% dibulatkan ke atas dalam kelipatan Rp 25,00 (dua puluh lima rupiah).

Sebagai contoh:

Golongan II

  1. Merek “E” jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II, dengan tarif cukai 36%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 8,900,00. HJE Baru = Rp 8,900,00 x 85% = Rp 7.565, dibulatkan per kemasan menjadi Rp 7.575,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 7.575,00 per kemasan dengan tarif cukai 35%.

  1. Merek “F” jenis SPM isi 20 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II, dengan tarif cukai 36%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 5,300,00. HJE Baru = Rp 5,300,00 x 85% = Rp 4.505, dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.525,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.525,00 per kemasan dengan tarif cukai 20%.

  1. Merek “G” jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II, dengan tarif cukai 16%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 4,750,00. HJE Baru = Rp 4,750,00 x 85% = Rp 4,038 dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.050,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.050,00 per kemasan dengan tarif cukai 10%.

Golongan III

  1. Merek “ H ” jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan III, dengan tarif cukai 26%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 5,300,00. HJE Baru = Rp 5,300,00 x 85% = Rp 4.505, dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.525,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.525,00 per kemasan dengan tarif cukai 22%.

  1. Merek “I” jenis SPM isi 20 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan III, dengan tarif cukai 26%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 5,700,00. HJE Baru = Rp 5,700,00 x 85% = Rp 4.845, dibulatkan per kemasan menjadi Rp 4.850,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4.850,00 per kemasan dengan tarif cukai 15%.

  1. Merek “J” jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIA (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 8%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 4,650,00. HJE Baru = Rp 4,650,00 x 85% = Rp 3,953 dibulatkan per kemasan menjadi Rp 3.975,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 3.975,00 per kemasan dengan tarif cukai 0%.

  1. Merek “K” jenis SKT isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 3,550,00. HJE Baru = Rp 3,550,00 x 85% = Rp 3,018,00 dibulatkan per kemasan menjadi Rp 3.025,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 3.025,00 per kemasan dengan tarif cukai 0%.

3. Penetapan HJE jenis SKTF:

Penghitungan:

  1. Merek “L” jenis SKTF isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 3,550,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4,500,00 perkemasan dengan tarif cukai 22%. Penetapan HJE Rp 4.500 karena HJE minimum golongan III SKTF adalah Rp 375,00 per batang. Sehingga HJE per kemasan adalah Rp 375 X 12 = Rp 4.500 per kemasan.

  1. Merek “M” jenis SKTF isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:

HJE yang berlaku saat ini Rp 3,550,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 4,500,00 per kemasan dengan tarif cukai 22%. Penetapan HJE Rp 4.500 karena HJE minimum golongan III SKTF adalah Rp 375,00 per batang. Sehingga HJE per kemasan adalah Rp 375 X 12 = Rp 4.500 per kemasan.

4. Penetapan HJE jenis TIS:

Penghitungan:
Merek “N” jenis TIS isi 85 gram, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan IIIB (sekarang menjadi golongan III), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 3,400,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 3,400,00 per kemasan dengan tarif cukai 8%. Penetapan HJE Rp 3.400 karena HJE minimum golongan III TIS adalah Rp 40,00 per gram, dan HJE tersebut tidak berada di bawah HJE minimum golongan III TIS.

5. Penetapan HJE jenis KLB:

Penghitungan:
Merek “O” jenis KLB isi 10 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan II (sekarang tanpa golongan), dengan tarif cukai 4%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 1,850,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 1,850,00 per kemasan dengan tarif cukai 8%.

6. Penetapan HJE karena kenaikan HJE minimum golongan I:

Penghitungan:
Merek “P” jenis SKM isi 12 batang, merupakan produk Pengusaha Pabrik golongan I, dengan tarif cukai 40%. Penetapan HJE sebagai berikut:
HJE yang berlaku saat ini Rp 6,600,00. Penetapan HJEnya adalah Rp 7,200,00 per kemasan dengan tarif cukai 36%. Hal ini disebabkan HJE minimum golongan I SKM adalah Rp 600,00 sehingga per kemasan HJEnya adalah Rp 600,00 x 12 = Rp 7,200,00.

7. Sesuai Pasal 10A dan Pasal 10B Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-30/BC/2007, Kepala Kantor segera melakukan penetapan HJE dengan menerbitkan Keputusan Penetapan HJE dari Pengusaha Pabrik/Importir hasil tembakau, dengan ketentuan Keputusan Penetapan HJE tersebut berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008. Penetapan HJE dimaksud diterbitkan paling lambat tanggal 31 Nopember 2007 untuk mengantisipasi penyediaan pita cukai untuk bulan Januari 2008 (pengajuan P3C/ P3CT untuk bulan Desember 2007).

  1. Penetapan HJE Hasil Tembakau Merek Baru

Penetapan HJE hasil tembakau merek baru untuk semua jenis hasil tembakau :

  1. Tidak boleh lebih rendah dari HJE minimum sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II PMK Nomor 43/PMK.04/2005 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK Nomor 134/PMK.04/2007.
  2. Tidak boleh lebih rendah dari HJE atas merek hasil tembakau yang dimilikinya (HJE yang masih berlaku untuk jenis yang sama) dan/ atau yang pernah dimilikinya (penetapan terakhir untuk merek yang sama).
  1. Batas Waktu Pelekatan, Pencacahan, Pengembalian Pita Cukai dan Penarikan Hasil Tembakau Dari Peredaran Bebas
  1. Batas waktu pelekatan pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember tahun 2007 paling lambat tanggal 10 Februari 2008.
  2. Pencacahan sisa pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember tahun 2007 yang tidak habis dilekatkan sampai batas waktu pelekatannya sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai paling lambat tanggal 20 Februari 2008, dengan dibuatkan Berita Acara Pencacahan Pita Cukai (BACK-1).
  3. BACK-1 sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib dikirim dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai ke Kantor Pusat DJBC paling lambat tanggal 25 Februari 2008.
  4. Sisa pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember tahun 2007 yang tidak habis dilekatkan sampai batas waktu pelekatan harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (PBCK-4) paling lambat tanggal 11 Maret 2008. Pengembalian sisa pita cukai setelah melewati batas waktu tersebut tidak diberikan pengembalian cukai.
  5. Penarikan hasil tembakau (CK-13) dari peredaran bebas untuk pemusnahan atau pengolahan kembali hasil tembakau yang dilekati pita cukai yang dipesan berdasarkan CK-1 bulan Juli s.d Desember tahun 2007 paling lambat tanggal 24 Juni 2008. Penarikan hasil tembakau setelah melewati batas waktu tersebut, atas pemusnahan atau pengolahan kembali hasil tembakau tidak diberikan pengembalian cukai.
  1. Pencacahan Persediaan Pita Cukai Terkait Berakhirnya Batas Waktu Pelekatan Pita Cukai

Pencacahan dilakukan terhadap seluruh persediaan pita cukai yang masih berada pada Pengusaha Pabrik / Importir, meliputi:

  1. Pita cukai rusak yang belum dilekatkan pada hasil tembakau karena:
  1. Kurang sempurna cetakannya;
  2. Proses pemotongan; atau
  3. Proses pelekatan.
    1. Pita cukai yang tidak dipakai yang belum dilekatkan pada hasil tembakau karena:
  1. Perubahan HJE, tarif, dan/atau desain pita cukai;
  2. Pengusaha Pabrik / Importir tidak lagi memproduksi / mengimpor hasil tembakau sesuai pita cukai yang telah dipesan; atau
  3. Tidak sesuai dengan pesanan Pengusaha Pabrik / Importir.
  1. Pengembalian Cukai

Terhadap permohonan pengembalian cukai yang diajukan Pengusaha Pabrik / Importir dan direkomendasikan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai, khususnya atas pita cukai yang dipesan setelah pemberlakuan tarif spesifik, agar diberikan keterangan tambahan berupa:

  1. Alasan pengembalian;
  2. Rincian nilai cukai yang dimohonkan pengembaliannya berdasarkan cukai telah dibayar karena pengenaan tarif spesifik dan tarif advalorum;
  3. Jumlah nilai pengembalian yang disetujui; dan
  4. Besarnya biaya pengganti.
  1. Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai
  1. Penyediaan Pita Cukai.
  1. Untuk kebutuhan pita cukai bulan Desember 2007; P3CT, DP3CT, dan P3CT Izin Direktur Jenderal, diterima Subdit Pita Cukai Direktorat Cukai KP DJBC paling lambat tanggal 26 Nopember 2007.
  2. Untuk kebutuhan pita cukai bulan Januari 2008; P3C dan DP3C, sudah dapat diterima Subdit Pita Cukai Direktorat Cukai KP DJBC mulai tanggal 27 Nopember 2007 sampai dengan 10 Desember 2007.
    1. Pemesanan Pita Cukai.

Pengajuan CK-1untuk kebutuhan pita cukai pada bulan Desember 2007:

  1. Diterima di Kantor Pelayanan paling lambat tanggal 28 Desember 2007, dalam hal pita cukai disediakan di Kantor Pelayanan; dan
  2. Diterima di Subdit Pita Cukai paling lambat tanggal 28 Desember 2007, dalam hal pita cukai disediakan di Kantor Pusat.
  1. Lain-lain

Dalam rangka pergantian tahun anggaran 2007-2008, Kepala Kantor :

  1. Harus meneliti secara seksama permohonan penyediaan dan/ atau pemesanan pita cukai atas masing-masing pengusaha pabrik.
  2. Dalam hal pada akhir Desember 2007 jumlah produksi (yang didasarkan atas pemesanan pita cukai) suatu pabrik mengalami penurunan dan tidak mencapai batas bawah golongannya, Kepala Kantor memberitahukan kepada pengusaha yang bersangkutan. Dan dalam hal pengusaha pabrik mengajukan permohonan Penetapan Penurunan Golongan Pabrik, maka Kepala Kantor menetapkan Penetapan Penurunan Golongan Pabrik sebelum pita cukai dipesan dengan Dokumen Cukai CK-1 pertama kali pada tahun anggaran 2008.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Nopember 2007
DIREKTUR JENDERAL

ttd.

ANWAR SUPRIJADI
NIP 120050332

Reading: Surat Edaran Dirjen Bea dan Cukai – SE 22/BC/2007