Menimbang :
- bahwa dengan Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1998 telahditetapkan pengaturan mengenai penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan AirPermukaan di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
- bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan AtasUndang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dikemudianditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah telah diaturkembali ketentuan tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan;
- bahwa pemungutan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan tidaksemata-mata dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah, akan tetapi lebih diutamakan lagiuntuk kepentingan pengendalian lingkungan dan mempertahankan ekosistem akibat pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan;
- sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, b, dan c di atas, dan untuk pelaksanaan pemungutanPajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan perlu menetapkan kembalipengaturan tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan denganPeraturan Daerah.
Mengingat :
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
- Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3848);
- Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota NegaraRepublik Indonesia Jakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, TambahanLembaran Negara Nomor 3878);
- Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138);
- Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang BentukSusunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan RakyatDaerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Povinsi Daerah Khusus Ibukota JakartaTahun 2001 Nomor 66);
- Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2002 tentang KetentuanUmum Pajak Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2002 Nomor75).
Dewan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
- Daerah adalah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
- Pemeritah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
- Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
- Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
- Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukanusaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badanlainnya;
- Air Bawah Tanah adalah air yang berada di perut bumi, termasuk mata air yang muncul secara alamiahdi atas permukaan tanah;
- Air Permukaan adalah air yang berada di atas permukaan bumi, tidak temasuk air laut;
- Pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pengambilan danpemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan yang digunakan untuk orang pribadi atau badan untukberbagai macam keperluan konsumsi perusahaan, perkantoran dan rumah tangga;
- Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pajak ataspengambilan, pemanfaatan pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaanuntuk digunakan bagi orang pribadi atau badan.
BAB II
NAMA, OBJEK, DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dipungut pajak atas Pengambilan Pemanfaatan serta Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan/atau Air Permukaan.
Pasal 3
(1) | Objek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah :
|
(2) | Dikecualikan dari Objek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaanadalah :
|
Pasal 4
(1) | Subjek Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah orang pribadiatau badan yang mengambil, atau memanfaatkan,atau mengambil dan memanfaatkan air bawah tanahdan/atau air permukaan. |
(2) | Wajib Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah orang pribadiatau badan yang mengambil, atau memanfaatkan, atau mengambil dan memanfaatkan air bawah tanahdan/atau air permukaan. |
BAB III
DASAR PENGENAAN PAJAK, TARIF
DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 5
(1) | Dasar Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalahNilai Perolehan Air. |
(2) | Nilai Perolehan Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam Rupiah yang dihitungmenurut sebagian atau seluruh faktor-faktor :
|
(3) | Besarnya Nilai Perolehan Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepanjang digunakan untuk KegiatanBadan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah yang memberikan pelayanan publik, pertambanganminyak bumi dan gas alam ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan pertimbangan Menteri Dalam Negeri. |
(4) | Besarnya Nilai Perolehan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengankeputusan Gubernur. |
(5) | Dalam rangka pengendalian lingkungan, besarnya Nilai Perolehan Air ditetapkan sebagai berikut :
|
Pasal 6
Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan ditetapkan sebagai berikut :
- air bawah tanah sebesar 20% (dua puluh persen);
- air permukaan sebesar 10% (sepuluh persen).
Pasal 7
Besarnya pokok Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
BAB IV
MASA PAJAK DAN SAAT TERUTANG PAJAK
Pasal 8
(1) | Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktuyang ditetapkan dengan keputusan Gubernur. |
(2) | Bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh. |
Pasal 9
Saat terutang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pada saat :
- pengambilan air bawah tanah dan/atau air permukaan; atau
- pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan; atau
- pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan.
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 10
Ketentuan formal untuk pelaksanaan pemungutan Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
(1) | Terhadap Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang terutangsebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku ketentuan Peraturan Daerah Daerah KhususIbukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air BawahTanah dan Air Permukaan. |
(2) | Selama peraturan pelaksanaan berdasarkan Peraturan Daerah ini belum dikeluarkan, maka peraturan pelaksanaan yang ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. |
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Hal-hal yang merupakan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan keputusan Gubernur.
Pasal 13
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Pasal 1 huruf d, l, ac, ad, ae, af, ag, ah, ai, aj, ak, al, am, an, ao, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57 dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 14
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2004
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd.
SUTIYOSO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 2004
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd.
H. RITOLA TASMAYA
NIP 140091657
LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2004 NOMOR 25
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 1 TAHUN 2004
TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN
I. | PENJELASAN UMUM Peraturan Daerah ini merupakan pengaturan kembali Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan AirPermukaan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor10 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Pengaturan kembali Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dalam Peraturan Daerahini selain dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan Daerah dari sektor Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, juga dimaksudkan untuk kepentingan pengendalianlingkungan dalam rangka mempertahankan ekosistem serta untuk pembiayaan penyelenggaraanpemerintahan dan pembangunan, juga dalam rangka penyesuaian Undang-undang 34 Tahun 2000tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Disamping itu dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Daerah Propinsi Daerah Ibukota Jakartatentang Ketentuan Umum Pajak Daerah (KUPD) yang diberlakukan untuk semua jenis Pajak Daerah,maka ketentuan formal yang mengatur pelaksanaan tata cara pemungutan Penyelenggaraan dan PajakPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan menurut Peraturan Daerah ini, mengikuti ketentuansebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah tentang KUPD sepanjang tidak ditentukan lain dalamPeraturan Daerah ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan material yangmeliputi antara lain objek dan subjek pajak, tarif pajak, dasar pengenaan, dan cara penghitungan pajak,serta ketentuan mengenai masa pajak dan saat terutang pajak. |
||||||
II. | PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 ayat (1) huruf a yang dimaksud dengan pengambilan air bawah tanah dan/atau air permukaandalam ketentuan ini, antara lain : pengambilan air dalam sektorpertambangan migas. huruf b yang dimaksud degan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaandalam ketentuan ini, antara lain : pemanfaatan air yang didayagunakan untukketenagalistrikan. huruf c Cukup jelas. ayat (2) huruf a Tidak termasuk yang dikecualikan sebagai objek Pajak Pengambilan danPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pengambilan ataupemanfaatan atau pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atauair permukaan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara dan BadanUsaha Milik Daerah. huruf b Cukup jelas. huruf c Pengecualian Objek pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air bawahtanah dan/atau air permukaan untuk kepentingan pengairan pertanian rakyattetap memperhatikan kelestarian lingkungan. huruf d Pengecualian objek pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air bawah tanahdan/atau air permukaan untuk keperluan dasar rumah tangga adalahdimaksudkan nyata-nyata dipergunakan untuk keperluan dasar rumah tangga,dan tempat peribadatan, tidak termasuk rumah kos serta rumah kontrakan. Untuk rumah kos dan rumah kontrakan yang terkena Pajak Air Bawah Tanahdan Air Permukaan adalah untuk jumlah pemakaian air di atas 50 m3 per bulan. huruf e Cukup jelas. huruf f Yang dimaksud dengan pengecualian pengambilan atau pemanfaatan, ataupengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan untukkeperluan tambak rakyat adalah pengecualian objek pajak atas pengambilan atau pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan untuk tambak rakyat, dimaksudkan petambaknyaadalah petani tambak (masyarakat tani) dan tidak termasuk petambak yangdilakukan badan. Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 ayat (1) Cukup jelas ayat (2) huruf a Cukup jelas huruf b Termasuk dalam pengertian lokasi sumber air adalah kedalaman sumber airakuifer yang disadap. huruf c Cukup jelas huruf d Yang dimaksud dengan volume air yang diambil adalah jumlah volume air yangdihitung dalam 1 bulan berjalan berdasarkan alat mesin air atau alatpengukur luah (debit) air atau alat ukur lainnya. huruf e Cukup jelas huruf f Cukup jelas huruf g Yang dimaksud musim pengambilan atau pemanfaatan atau pengambilan danpemanfaatan air adalah musim kemarau atau musim hujan. huruf h Cukup jelas ayat (3) Cukup jelas ayat (4) Cukup jelas ayat (5) Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 ayat (1) Contoh perhitungan besarnya pokok pajak Diketahui Wajib Pajak XX menggunakan air bawah tanah sebanyak 2.400 m3 dari datatersebut Wajib Pajak XX adalah masuk dalam klasifikasi niaga besar dalam golonganhotel bintang 1,2,3 dalam jangkauan PDAM maka dapat dihitung PPPABT dan APsebagai berikut :
Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. |