Resources / Blog / Seputar PPN e-Faktur

Mengenal Cash Conversion Cycle dalam Bisnis

Cash Conversion Cycle (CCC) adalah indikator kunci yang digunakan dalam mengukur efisiensi pengelolaan modal kerja suatu bisnis. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai CCC yang penting untuk Anda pahami. 

Mengenal Cash Conversion Cycle dalam Bisnis

Apa Itu Cash Conversion Cycle?

Cash Conversion Cycle (CCC) adalah metrik keuangan yang mengukur periode waktu yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mengonversi investasi dalam persediaan dan piutang menjadi kas melalui penjualan produk dan layanan serta penerimaan pembayaran dari pelanggan. Sederhananya, CCC memberikan gambaran tentang seberapa efisien perusahaan dalam mengelola modal kerja dan mengoptimalkan arus kasnya.

Dengan kata lain, CCC juga mencerminkan seberapa cepat perusahaan dapat mengonversi sumber daya menjadi produk atau layanan, menjualnya kepada pelanggan, dan kemudian menerima pembayaran dari pelanggan. Oleh karena itu, penting rasanya untuk memiliki pemahaman yang baik terkait CCC ini. 

Yearly saving potential
Rp 0
Masukkan jumlah Invoice Anda di bawah ini untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi (ROI)
e-Faktur/Invoice
e-Signature
e-BuPot
e-Meterai
Jumlah Bupot / SSP / Credit Note yang tidak tertagih (Rp)
Jumlah hari yang dibutuhkan untuk memproses invoice
Rata-rata Nilai Invoice (Rp)
Biaya Tax Audit per Tahun (Rp)
Yearly saving potential
Isi detail Anda untuk mulai Berhemat!

    Numbers estimated based on existing industry. Read more: Otomatisasi Penagihan Kepatuhan       

    Dalam hal pembayaran bahkan permintaan pembayaran, Anda tidak perlu khawatir apabila Anda menggunakan OnlinePajak. Di OnlinePajak, Anda bisa melakukan pembayaran ke supplier atau melakukan permintaan pembayaran dengan lebih mudah. Sehingga dapat memudahkan Anda dalam melakukan berbagai transaksi secara cepat, akurat, dan efektif. 

    Komponen-Komponen Cash Conversion Cycle

    CCC terdiri dari tiga komponen utama yang mencerminkan alur kerja keuangan suatu perusahaan. Berikut ini penjelasannya: 

    Days Inventory Outstanding (DIO)

    DIO mengukur rata-rata jumlah hari yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjual seluruh persediaan atau stoknya. Semakin rendah DIO, semakin cepat perusahaan dapat mengubah persediaan menjadi pendapatan. 

    Rumus DIO:

    DIO = (Biaya barang terjual per hari : Persediaan rata-rata)

    Bagi perusahaan dengan DIO yang tinggi, mungkin akan mengalami kesulitan dalam pengelolaan persediaan atau terlalu banyak mengikat modal dalam stok. 

    Days Sales Outstanding (DSO)

    DSO mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengumpulkan pembayaran dari penjualan kredit kepada pelanggan. Semakin rendah DSO, semakin cepat perusahaan mendapatkan kas dari penjualan. 

    Rumus DSO:

    DSO = (Penjualan kredit per hari : Piutang rata-rata)

    Bagi perusahaan yang DSO-nya tinggi, bisa jadi menghadapi masalah likuiditas karena pembayaran dari pelanggan yang terlambat.

    Baca Juga: Mengenal DSO (Days Sales Outstanding): Pengertian, Rumus, dan Pentingnya dalam Bisnis

    Days Payable Outstanding (DPO)

    DPO mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk membayar tagihan kepada pemasok. Semakin tinggi DPO, semakin lama perusahaan dapat memanfaatkan kredit pemasok sebelum membayar. 

    Rumus DPO:

    DPO = (Pembelian per hari : Utang rata-rata)

    Sebuah perusahaan bisa menggunakan DPO yang tinggi guna memperpanjang periode pembayaran dan mengoptimalkan penggunaan kasnya. 

    Cara Menghitung Cash Conversion Cycle

    Setelah mengetahui komponen apa saja yang diperlukan, selanjutnya Anda bisa memulai menghitung CCC dengan rusmus berikut ini: 

    CCC = DIO+DSO−DPO

    Diketahui:

    • DIO = Days Inventory Outstanding
    • DSO = Days Sales Outstanding
    • DPO = Days Payable Outstanding

    Contoh: 

    Janji Jiwa telah memiliki jaringan di seluruh kawasan di Indonesia, dan beberapa di luar negeri. Mengelola persediaan bahan baku seperti susu, kopi, roti, dan makanan pelengkap lainnya. Mereka menghadapi pula tantangan dalam mengumpulkan pembayaran dari pelanggan dan mengelola pembayaran kepada pemasok. Berikut cara mengetahui CCC Janji Jiwa: 

    • DIO: Janji Jiwa rata-rata memegang persediaan selama 60 hari, yang berarti wakti dari pembelian bahan baku hingga bahan digunakan atau dijual. 
    • DSO: Janji Jiwa menggunakan transaksi yang instan atau dengan kata lain, pelanggan akan membayar ketika membeli, sehingga DSO sangat rendah yakni sekitar 5 hari. 
    • DPO: Janji Jiwa telah memiliki kesepakatan pembayaran dengan pemasoknya dan rata-rata membayar utang dalam jangka waktu 70 hari. 

    Maka:

    CCC=DIO+DSO−DPO

    CCC=60+5−70=−5

    CCC menunjukkan negatif -5 hari. Dalam manajemen arus kas, hasil tersebut terbilang positif karena berarti Janji Jiwa menerima pembayaran dari penjualan lebih cepat daripada harus membayar pemasiknya. Sehingga Janji Jiwa memiliki keunggulan arus kas dan memungkinkan mereka untuk mengalokasikan kas tersebut untuk kebutuhan operasional lainnya, seperti investasi, pembayaran utang, atau pengembalian kepada pemegang saham, sebelum kas tersebut harus dibayarkan kepada pemasok. 

    CCC yang lebih rendah menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengonversi investasi modal kerja menjadi kas dengan lebih efisien.

    Baca Juga: Account Receivable Turnover: Definisi, Manfaat, dan Rumus Penghitungannya

    Pengaruh Cash Conversion Cycle dalam Bisnis

    Cash Conversion Cycle yang rendah cenderung memiliki arus kas yang lebih sehat karena mengonversi investasi modal kerja menjadi kas akan terjadi lebih cepat. Berikut ini 4 pengaruh CCC terhadap arus kas perusahaan yang sehat:

    1. Likuiditas yang Meningkat: CCC rendah berarti perusahaan dapat dengan cepat mengonversi aset jadi kas. Sehingga, perusahaan dapat meningkatkan likuiditas yang akhirnya memungkinkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dan menciptakan peluang investasi yang lebih baik. 
    2. Pengelolaan Modal Kerja yang Efisien: CCC wajib dipantau secara aktif dengan tujuan perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan persediaan, piutang, dan kewajiban lainnya. Pengelolaan modal kerja yang efisien akan membantu mengurangi biaya pengendalian stok, risiko kredit, dan kebutuhan modal kerja.
    3. Perencanaan Keuangan yang Lebih Baik: CCC rendah juga memungkinkan bisnis memiliki visibilitas lebih baik dalam perencanaan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga dapat membantu pengelolaan risiko dan menetukan strategi pengembangan bisnis lebih baik.
    4. Perbaikan Kinerja Operasional:  Perusahaan yang memperbaiki CCC dapat menunjukkan efisiensi operasional yang lebih tinggi. Hal ini dapat membantu menarik investor dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kinerja perusahaan.

    Cash Conversion Cycle (CCC) adalah metrik penting dalam mengukur efisiensi pengelolaan modal kerja dan arus kas perusahaan. Memahami komponen-komponen dan cara menghitungnya akan memudahkan Anda dalam mengelola arus kas perusahaan Anda dengan lebih sehat. Menciptakan strategi-strategi bisnis yang efisien dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan demi mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. 

    Reading: Mengenal Cash Conversion Cycle dalam Bisnis