Resources / Blog / Tentang Pajak

Pentingnya Working Capital dalam Perusahaan dan Cara Menghitungnya

Pengertian Working Capital

Working capital dapat disebut sebagai modal kerja bersih. Dalam artian, perbedaan antara jumlah aset perusahaan dengan liabilitas dalam periode waktu saat ini. Seperti yang kita ketahui bahwa modal merupakan komponen yang sangat penting dalam membangun sebuah usaha.

Yang dimaksud dalam aset perusahaan adalah dana tunai, dana yang ada di bank, aset yang tidak bisa diuangkan dengan cepat, dan adanya potensi pendapatan dari piutang konsumen. 

Liabilitas yang dimaksud adalah total utang perusahaan yang perlu dibayarkan dalam tahun tersebut. Setelah mengurangi aset dengan liabilitas, maka akan diketahui modal kerja bersihnya. Sederhananya, working capital merupakan dana yang tersedia untuk membiayai keperluan operasional bisnis yang sedang Anda jalankan. 

Baca Juga: Kenali Istilah Liabilitas yang Penting untuk Para Pengusaha

Pentingnya Working Capital dalam Perusahaan

Mengapa modal kerja bersih ini menjadi sangat penting dalam sebuah perusahaan? Ternyata working capital ini dapat menjadi indikator kesehatan keuangan perusahaan. Semakin besar selisih antara aset dengan utang jangka pendek perusahaan, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan sehat-sehat saja.

Namun, apabila jumlah utang lebih tinggi di atas aset dan menimbulkan angka modal kerja bersih yang cenderung negatif, maka dapat dikatakan kondisi perusahaan tengah di ambang kebangkrutan.

Baca Juga: Return on Assets: Pengertian, Fungsi, Rumus dan Penghitungannya

Tujuan Modal Kerja Bersih dalam Perusahaan

Pengelolaan modal kerja bersih ini dilakukan oleh manajer keuangan perusahaan. Hal itu menjadi tanggung jawab utamanya yang mana ia bertugas untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan dibantu teknis untuk menjalankan dana yang telah dialokasikan untuk operasional bisnis. 

Seorang manajer keuangan harus bisa memberikan kontribusi positif berupa profit agar bisnis perusahaan bisa lebih berkembang sehingga bisa menunjang performa perusahaan di hadapan para investor. Lalu, apakah tujuan dari working capital? Mari simak ulasannya di bawah ini:

  • Working capital dapat berguna dalam memenuhi likuiditas perusahaan. 
  • Modal ini dapat dialokasikan sebagai biaya darurat perusahaan dalam mendanai beban jangka pendek atau bahkan jangka panjang yang harus segera dilunasi sebelum jatuh tempo. Dengan begitu perusahaan artinya berhasil dalam mengelola working capital. 
  • Agar perusahaan memiliki persediaan barang dagang yang memadai untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. 
  • Modal ini dapat diinvestasikan kembali untuk mendapatkan tambahan pendapatan, contohnya dalam menyediakan kredit bagi konsumen dengan syarat yang sudah disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki konsumen dalam mencicil kreditnya.
  • Modal ini pun dapat dialokasikan ke pasar modal dalam bentuk saham yang ditransaksikan. Maka selanjutnya akan diperoleh dana modal tambahan dari para investor sesuai dengan pembagian imbal hasil yang telah disepakati.
  • Tujuan lainnya pun dalam rangka mengoptimalkan pemakaian aktiva lancar yang berkaitan dengan penambahan penjualan serta keuntungan perusahaan. 
  • Selain itu, dapat menjaga nilai mata uang, dalam arti perusahaan bisa menempatkan dana untuk meminimalkan inflasi besar-besaran dengan cara menanamkan modal kerja perusahaan ke sejumlah investasi yang terjamin.

Apa Saja Jenisnya?

Terdapat beberapa jenis working capital beserta turunannya yang perlu Anda pahami sebagai seorang pengusaha atau bagi Anda yang baru saja ingin merintis perusahaan saat ini. Simak ulasannya di bawah ini: 

1. Variable Working Capital 

Jenis berikut ini jumlahnya tidak selalu sama alias selalu berubah-ubah. Perubahannya pun tergantung pada aktivitas produksi dalam perusahaan. Jenis working capital ini terbagi lagi menjadi 3 jenis, yakni: 

  • Seasonal: Perubahannya dipengaruhi pada perubahan musim. 
  • Cyclical: Perubahannya dipengaruhi oleh perubahan konjungtur (pertukaran naik turunnya kemajuan dan kemunduran ekonomi yang terjadi secara berganti-ganti)
  • Emergency: Seperti judulnya, perubahan modal kerja jenis ini sifatnya darurat, sehingga tidak diketahui asalnya. 

2. Permanent Working Capital

Jenis modal ini merupakan modal yang harus selalu ada karena terus dibutuhkan dalam rangka operasional bisnis. Jenis modal ini pun terbagi lagi menjadi 2, di antaranya:

  • Primary Working Capital: Working capital yang wajib dalam perusahaan yang menjadi jaminan usaha yang berjalan dengan lancar. 
  • Normal Working Capital: Presentasi dari jumlah working capital ini dibutuhkan dalam rangka memperluas produksi. 

Baca Juga:

Cara Menghitung Working Capital

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan apabila ingin memulai menghitung working capital adalah kumpulkan data aset perusahaan terlebih dahulu. Seperti, uang tunai, dana dalam rekening, piutang tertunda, inventaris perusahaan, dan aset yang dapat dicairkan dalam waktu di bawah satu tahun. 

Selanjutnya, silakan lakukan pendataan liabilitas perusahaan, yakni tagihan utang, upah pegawai, tagihan pajak, dan cicilan utang. Setiap setidaknya memiliki tempo dalam waktu 1 tahun. Berikut rumus penghitungnya:

Working Capital = Current Assets Current Liabilities

Contoh: 

Perusahaan A memiliki aset sebesar Rp500 juta dengan total utang sebesar Rp50 juta. Working capital yang kini dimiliki sebesar Rp100 juta. Angka tersebut dapat dikatakan positif melihat nominalnya yang lebih tinggi dibanding utangnya. Artinya, perusahaan bisa membayarkan utangnya. Apabila selisih antara working capital dengan liabilitas yang sekarang dimiliki sangat rendah, maka dapat diprediksi perusahaan tidak akan dapat melunasi utangnya dalam waktu dekat. 

Meski begitu, analisis lebih mendalam tetap perlu dilakukan untuk melihat situasi finansial perusahaan secara lebih jelas. Rumus-rumus yang bisa Anda gunakan adalah receivables ratio, current ratio, inventory-turnover ratio, days payable, dan quick ratio. 

Working Capital Ratio

Rasio working capital digunakan untuk menunjukkan situasi finansial perusahaan. Data yang Anda butuhkan sama, yakni aset dan liabilitas saat ini. Berikut rumusnya.

Working Capital Ratio = Current Assets / Current Reliabilities

Dengan data di atas, perusahaan kini memiliki aset sebesar Rp500 juta dan utang jangka pendek sebesar Rp50 juta yang mana perlu dilunasi dalam waktu 1 tahun (12 bulan). Maka, penghitungannya adalah sebagai berikut:

Rp500.000.000 / Rp50.000.000 = 10

Dengan rasio working capital sebesar itu, maka dapat disimpulkan bahwa lkondisi keuangan perusahaan sangatlah baik. Sebenarnya, rasio di atas 2 sudah cukup baik. Namun, apabila Anda ingin menaikan rasio working capital lebih dari 2, artinya Anda harus lebih rajin dalam melunasi utang dan mendorong penjualan perusahaan. 

Berbeda ceritanya apabila rasio modal kerja bersih ini di bawah angka 1, artinya kondisi perusahaan sedang dalam bahaya. Jumlah utang yang lebih besar daripada aset yang ada memungkinkan perusahaan kesulitan dalam melunasi utang yang ada dalam waktu dekat. Ini pun dapat diindikasikan perusahaan bisa mengalami kebangkrutan. 

Sebenarnya, modal kerja bersih yang ideal adalah ketika perusahaan dapat melunasi utang tanpa perlu mengganggu biaya operasional perusahaan. Namun, perlu diketahui bahwa modal kerja bersih ini tidak melulu berdampak positif. Apabila lebih banyak aset yang tidak bergerak daripada uang tunai atau uang dalam rekening bank, maka memungkinkan munculnya masalah selanjutnya.

Misalnya, kemungkinan yang dapat terjadi adalah dana masuk dari klien yang lamban atau bahkan pembayaran yang terlalu cepat. Nilai working capital yang terlampau besar pun dapat mengindikasikan perusahaan memiliki inventaris yang terlalu banyak tanpa menyediakan biaya tunai yang cukup untuk operasional sehari-hari.

Kepatuhan Pajak Menjadi Hal Dasar yang Penting

Selain modal, hal lain yang tidak kalah penting dalam membangun sebuah usaha adalah unsur perpajakan terkait perusahaan yang didirikan. Banyak perusahaan yang justru memikirkan unsur perpajakan di akhir, padahal pajak menjadi sangat penting agar keuangan perusahaan menjadi lebih baik.

Dalam memenuhi kepatuhan perpajakan, kini Anda dapat melakukannya dengan sangat mudah melalui aplikasi terintegrasi, OnlinePajak. Melalui OnlinePajak, Anda sudah dapat melakukan hitung, setor, hingga lapor hanya dengan satu kali klik saja.

Lapor pajak Anda menjadi jauh lebih mudah dengan e-Filing OnlinePajak. Anda bisa lapor semua jenis pajak atau SPT pajak Anda dengan status dan pembetulan apapun dengan tepat waktu. Nantinya bukti pelaporan (BPE) dan bukti pembayaran (BPN) Anda tersimpan secara online, terintegrasi, dan mudah ditemukan saat Anda membutuhkannya. OnlinePajak pun menjamin tanggal dan waktu BPE Anda sesuai dengan tanggal dan waktu ketika Anda klik “Lapor”. Nikmati pula notifikasi sebelum tenggat lapor agar Anda dapat melapor pajak tepat waktu.

Bayar pajak pun dapat dilakukan dengan mudah dan aman melalui fitur e-Billing OnlinePajak. Dengan e-Billing OnlinePajak Anda dapat membuat berbagai macam ID Billing untuk berbagai jenis pajak, lengkap pula dengan keterangan yang tertera untuk setiap Kode Jenis Pajak dan Kode Akun Pajak. Anda pun dapat membuat banyak ID Billing dengan berbagai KAP/KJS dan bayar semuanya sekaligus. Cukup centang ID Billing yang ingin Anda bayarkan, kemudian klik “Lanjutkan Pembayaran” melalui fitur PajakPay.

Kini melaksanakan kepatuhan perpajakan Anda tidak lagi ribet, semua lebih praktis dengan menggunakan aplikasi OnlinePajak. Tertarik mencobanya? Klik di sini untuk memulai! 

Reading: Pentingnya Working Capital dalam Perusahaan dan Cara Menghitungnya