Pengertian Audit Forensik
Audit forensik merupakan pemeriksaan dan evaluasi catatan keuangan perusahaan atau personal guna mendapatkan bukti pada saat di pengadilan atau saat proses hukum berlangsung.
Dalam rangka melakukan audit forensik, dibutuhkan prosedur akuntansi untuk mengaudit dan pengetahuan ahli tentang hukum audit itu sendiri. Dalam hal ini, audit forensik mencakup berbagai kegiatan investigasi yang kerap dilakukan untuk menuntut suatu pihak atas penipuan, penggelapan, atau kejahatan yang berkaitan dengan keuangan lainnya.
Selama proses audit, auditor dipanggil untuk menjadi saksi ahli dalam proses persidangan. Selain tindakan yang disebutkan sebelumnya, audit forensik ini pun dapat dilibatkan dalam situasi seperti perselisihan terkait kebangkrutan, penipuan bisnis, hingga perceraian. Melalui audit forensik, dapat terungkap atau terkonfirmasi berbagai aktivitas ilegal. Itu sebabnya audit forensik lebih sering dipilih daripada audit reguler.
Contoh Kasus Audit Forensik
Investigas yang dilakukan dengan melibatkan audit forensik biasanya karena beberapa alasan. Berikut ini termasuk beberapa alasan tersebut dan contoh kasus audit forensik yang umum ditemukan.
1. Suap
Suap berarti memberikan penawaran sejumlah dana untuk menyelesaikan suatu masalah atau memengaruhi kondisi yang menguntungkan seseorang. Misal, perusahaan C menyuap karyawan dari perusahaan lawan, katakanlah perusahaan A dengan maksud karyawan tersebut memberikan sejumlah data yang akan digunakan perusahaan C untuk dijadikan bahan tawaran tender kepada perusahaan A.
2. Konflik Kepentingan
Dalam hal ini, seseorang yang memiliki kekuasaan akan menggunakan pengaruhnya untuk keuntungan pribadi yang dapat merugikan perusahaan. Misalnya, seorang manajer menyetujui pengeluaran dana yang tidak akurat dari seorang rekan yang secara pribadi memiliki hubungan erat. Meski secara finansial manajer tersebut tidak mendapatkan keuntungan, namun secara pribadi ia bisa mendapatkan keuntungan.
3. Penyalahgunaan Aset suatu Perusahaan
Dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan aset perusahaan merupakan tindak penipuan yang paling umum ditemukan. Penyalahgunaan aset yang sering dilakukan adalah penggunaan uang tunai yang tidak semestinya, pemalsuan faktur, pembayaran yang dilakukan kepada pemasok atau karyawan namun tidak ada keterangannya, dan pencurian inventaris kantor.
4. Pemerasan
Kasus ini biasa terjadi apabila perusahaan A meminta uang untuk memberi kontrak kepada perusahaan C. Hal ini dapat disebut sebagai pemerasan.
5. Penipuan Laporan Keuangan
Biasanya hal ini dilakukan dengan cara menyajikan angka-angka yang tidak sebenarnya dengan tujuan meningkatkan likuiditas, menghadapi tekanan kinerja pasar, memastikan manajemen secara terus menerus mendapatkan bonus, dan hal lainnya. Pemalsuan catatan akuntansi yang disengaja, menghilangkan segala jenis transaksi, dan tidak mengungkapkan detail yang relevan pada laporan keuangan pun termasuk dalam penipuan laporan keuangan.
Baca Juga: Audit Laporan Keuangan: Tahapan & Pentingnya dalam Pelaporan Pajak
Prosedur Pelaksanaan Audit Forensik
Untuk melaksanakan audit ini, dibutuhkan pelatihan khusus terkait teknik mengaudit forensik beserta legalitas akuntansinya. Berikut ini prosedur yang perlu dilalui kala pelaksanaan audit forensik:
Membuat Perencanaan Investigasi
Ketika seorang klien menyewa auditor forensik, maka auditor tersebut sebaiknya memahami betul fokus auditnya. Contoh, klien merasa curiga dengan kemungkinan penipuan dalam hal bahan baku yang dipasok. Maka auditor mungkin akan merencanakan penyelidikan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
- Identifikasi jenis penipuan dan apa yang dilakukan.
- Menentukan rentang waktu dilakukannya penipuan.
- Menemukan seperti apa penipuan tersebut ditutupi atau disembunyikan.
- Mengidentifikasi pelaku penipuan.
- Menghitung perkiraan kerugian yang dialami karena penipuan.
- Mengumpulkan bukti relevan yang dapat diterima saat di pengadilan nanti.
- Menyarankan langkah-langkah yang dapat mencegah penipuan semacam itu terjadi lagi di masa yang akan datang.
Pengumpulan Bukti
Tahap ini sangat penting untuk dilakukan untuk memahami jenis kecurangan yang telah dilakukan dan bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Bukti harus relevan dan cukup untuk naik saat di pengadilan. Auditor pun harus dapat mengungkapkan rincian skema penipuan dan mendokumentasikan jumlah kerugian yang diterima dan pihak mana saja yang terdampak dari penipuan tersebut.
Baca Juga: Sejumlah Hal yang Harus Dipersiapkan Saat Menghadapi Audit Pajak
Auditor pun diharapkan dapat memastikan bukti atau dokumen yang dikumpulkan tidak rusak atau diubah oleh pihak manapun. Teknik yang biasa dilakukan untuk mengumpulkan bukti dalam audit forensik ini adalah:
- Teknik analitis: untuk membandingkan tren selama periode waktu tertentu atau mendapatkan data komparatif dari segmen yang berbeda-beda.
- Teknik subtantif: Melakukan rekonsiliasi, tinjau dokumen, dll.
- Audit komputer: Melacak program perangkat lunak yang digunakan untuk mengindentifikasi kecurangan.
- Mendalami pengendalian internal dan mengujinya: Agar mengetahui celah kemungkinan terjadinya kecurangan.
Pelaporan
Membuat laporan agar dapat disajikan kepada klien. Laporan tersebut mencakup temuan investigasi, ringkasan bukti, penjelasan tentang seperti apa kecurangan dilakukan, serta saran agar pengendalian internal dapat ditingkatkan guna mencegah kecurangan yang sama terjadi di masa depan. Laporan ini diserahkan kepada klien agar klien dapat menentukan untuk mengajukan kasus hukum apabila dibutuhkan.
Proses Pengadilan
Selama proses pengadilan, sebaiknya auditor forensik dapat pula hadir untuk menjelaskan bukti yang telah terkumpul. Auditor harus dapat menyederhanakan masalah akuntansi yang kompleks dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh orang awam sehingga dapat memahami istilah akuntansi. Dengan begitu proses akan jauh lebih mudah dan fokus kecurangan dapat disampaikan secara lebih sederhana namun rinci dan pasti.