Resources / Blog / Tentang Pajak

Joint Cost: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Common Cost

Pengertian Joint Cost

Joint cost adalah seluruh biaya yang muncul agar dapat menghasilkan dua jenis produk atau lebih, yang mana proses produksi tersebut dilakukan secara simultan. Proses biaya ini dibatasi dengan titik pemisahan atau split of point, yang mana merupakan suatu waktu produk utama dan produk sampingan yang dibuat secara bersamaan bisa dipisahkan. 

Produk yang dihasilkan akan dapat langsung diperjualkan. Namun, bisa juga dilanjutkan produksinya agar bisa menghasilkan produk yang lebih menguntungkan. Lalu, apa saja contoh dari joint cost?

Berikut ini contoh joint cost yang perlu Anda ketahui, di antaranya: 

  1. Biaya Bahan Baku
  2. Biaya Tenaga Kerja
  3. Biaya Overhead Pabrik

Baca Juga: Joint Venture: Pengertian, Jenis Usaha, dan Aspek Perjanjiannya

Metode Alokasi Joint Cost

Joint cost memang dialokasikan pada produk tertentu yang mana akan dicatat dalam laporan keuangan. Berikut ini beberapa metode yang bisa Anda gunakan dalam mengalokasikan joint cost

1. Metode Unit Fisik

Dalam metode ini, alokasi biaya joint cost pada produk yang dihasilkan berdasarkan ukuran fisiknya, yakni dalam satuan tertentu seperti ton, pon, papan, galon, dan unit panas. Misal, produk A menghasilkan 400 pon dan produk B menghasilkan 600 pon, maka produk A akan menerima alokasi biaya sebesar 40% sedangkan produk B sebesar 60%. 

2. Metode Rata-Rata Seimbang

Pada metode unit fisik, kuantitas barang menjadi yang paling utama dalam menentukan alokasi biaya. Padahal dalam proses produksi, terdapat faktor lain yang juga harus diperhitungkan, seperti waktu produksi, kesulitannya, perbedaan jenis tenaga kerja yang terlibat, dll. Faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan dalam metode rata-rata seimbang. Setiap faktor dan bobot relatif akan digabungkan ke dalam nilai tunggal yang nantinya akan dikenal dengan faktor bobot.

Baca Juga: Joint Operation, Pahami Konsep dan Ketentuan Perpajakannya di Sini!

3. Alokasi Biaya Nilai Pasar Relatif

Dibandingkan kedua metode di atas, metode ini diklaim lebih baik. Metode ini berasumsi bahwa tidak ada biaya yang akan muncul bila semua produk yang dibuat menghasilkan pendapatan dan tingkat pengembalian yang cukup untuk menutupi semua biaya. Hal ini senada dengan teori bahwa biaya yang dibutuhkan untuk bahan baku dan joint cost lainnya dalam proses produksi barang berkaitan dengan nilai jual produk. 

4. Metode Nilai Jual Terpisah

Metode ini didasarkan pada nilai pasar atau penjualan dari satu produk di titik pemisahan. Semakin tinggi nilai pasar atas suatu produk, maka biaya yang dialokasikan untuk produk tersebut akan semakin besar. Bisa saja di dalamnya terjadi alokasi biaya yang sifatnya konstan sehingga akan terjadi selama harga jual yang terdapat pada titik pemisahan stabil atau fluktuasi setiap harganya seimbang. 

5. Metode NIlai Relasi Bersih

Metode ini menggunakan nilai jual hipotesis yang didapatkan dengan cara mengurangi seluruh biaya produksi yang dapat dipisahkan dari harga pasar. Dengan metode ini artinya Anda bisa mengalokasikan joint cost lebih merata atas dasar pada setiap bagian produk dari nilai jual hipotesis yang ada. 

6. Metode Persentase Margin Bruto Konstan

Pada metode ini, joint cost akan dialokasikan pada setiap produk yang akan menyebabkan persentase margin bruto yang sama. 

7. Metode Rasio Penjualan Terhadap Produksi

Metode ini mengalokasikan biaya joint cost dengan faktor pembobot yang mana faktor tersebut akan menampilkan persentase penjualan dengan persentase produksi. Dengan begitu, produk memiliki harga jual yang tinggi yang akan mendapatkan alokasi biaya paling besar. 

Baca Juga: PPN 11 Persen Mulai 1 April 2022 Mendatang? Ini Alasannya!

Perbedaannya dengan Common Cost

Seperti yang sudah dijelaskan di awal artikel bahwa joint cost merupakan biaya yang dikeluarkan sejak pertama kali bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Sedangkan common cost adalah biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak dapat diolah secara bersamaan) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Atau lebih sederhananya, common cost adalah biaya yang keluar untuk mengolah produk dan tenaga kerja yang berbeda dan nantinya akan dibebankan ke produknya. 

Contoh common cost: Sebuah perusahaan melakukan penyulingan minyak yang mengolah minyak mentah mampu memproses ragam produk, seperti solar, premium, pertalite, dan lain sebagainya. Minyak mentah dan biaya proses penyulingannya merupakan biaya bergabung (common cost) bagi produk-produk yang dihasilkan.

Itulah tadi pembahasan tentang joint cost. Temukan artikel lainnya tentang akuntansi, bisnis, dan perpajakan, di sini

Reading: Joint Cost: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Common Cost