Resources / Blog / Tentang Pajak

Kenali Nilai Residu, Mulai dari Pengertian hingga Ragam Metodenya

Apa Itu Nilai Residu?

Nilai residu adalah sebuah nilai yang sangat erat kaitannya dengan biaya penyusutan. Dalam dunia akuntansi, nilai ini merupakan jumlah taksiran atau estimasi yang bisa didapatkan dari suatu entitas saat ini pada suatu pelepasan aset, setelah dikurangi dengan estimasi biaya pelepasan.

Seperti yang Anda ketahui, setiap aset atau barang yang telah digunakan oleh perusahaan pasti akan mengalami penurunan. Nah, cara untuk menghitungnya adalah dengan nilai residu. 

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa fungsi dari nilai ini adalah menghitung penyusutan atas suatu taksiran nilai aset tetap dan usia ekonomis yang sebelumnya sudah digunakan. Dengan begitu, perusahaan dapat menjual atau menghentikan penggunaan aset tersebut. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua aset memiliki nilai residu. Oleh karena itu, sistem atau nilai ini perlu diperhitungkan terhadap tiap aktiva tetap berwujud saja, misalnya: alat-alat mesin produk, kendaraan, dll. 

Ketika aset tetap tersebut sudah tidak lagi memberikan manfaat yang baik untuk perusahaan, maka nilai residu dari aset tersebut sudah tidak layak dan tidak lagi bisa digunakan. Beda halnya bila aset tersebut ingin diganti dengan aset lain yang baru, maka nilai residu pada aset tersebut tetap memiliki nilai yang cukup tinggi dan tidak merugikan perusahaan. 

Pengertian lainnya, nilai ini merupakan nilai sisa pada suatu barang yang sudah habis usia ekonomisnya. Dapat disimpulkan bahwa nilai residu merupakan nilai jual kembali pada suatu aset di akhir masa atau usia manfaatnya. 

Baca Juga: Revaluasi Aset, Penilaian Kembali Aset untuk Diskon Pajak

Mengapa Nilai Residu Sangat Penting?

Biaya depresiasi atau beban penyusutan ini merupakan salah satu elemen perhitungan yang mampu memengaruhi kondisi suatu perusahaan, terlebih ketika dihadirkan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, nilai ini sangat memengaruhi kondisi perusahaan yang berkaitan erat dengan nilai residunya. 

Dari laporan keuangan tersebut, maka dapat dilakukan analisa dari tiap bukti transaksi yang terjadi selama pembelian aset. Sehingga Anda tahu kapan pembelian dilakukan, berapa nilai penyusutan, dan usia ekonomis dari aset tersebut. 

Baca Juga: PAS Final : Cara Menghitung Tax Amnesty untuk Pengungkapan Aset Sukarela dengan Tarif Final

Perhitungan Nilai Residu

Perlu Anda pahami bahwa nilai residu didapat dari adanya perhitungan biaya penyusutan. Karena nilai ini digunakan sebagai suatu nilai taksiran, maka nilai sisa ini digunakan agar perusahaan dapat menghitung besaran nilai penyusutannya.

Lalu, adakah metode yang biasa digunakan dalam menemukan nilai residu ini? Berikut ini akan dijelaskan 4 rumusan atau metode penyusutan.

1. Penyusutan Garis Lurus

Metode pertama merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menemukan biaya penyusutan karena dianggap paling sederhana dan mudah. Metode ini difokuskan pada penyusutan sebagai suatu fungsi dari waktu, bukan penggunaannya. Dibutuhkan salvage dalam proses penghitungannya. Untuk rumusnya sendiri adalah:

Penyusutan= Harga perolehan – Nilai residu : Usia ekonomis

Rumus di atas dapat berarti, untuk mencari nilai penyusutan, maka bisa dicari cari dari harga perolehan yang dikurangi dengan nilai residu, kemudian dibagi usia ekonomis pada suatu aktiva tetap. Tidak heran apabila salvage value berkaitan erat dengan biaya penyusutan pada suatu aktiva tetap.

Contoh: 

Pada 11 Agustus 2018, PT. Bambang Surya membeli mesin produksi seharga Rp200.000.000. Perkiraan usia aktif penggunaan/usia ekonomisnya selama 5 tahun dengan nilai residu sekitar Rp40.000.000. Lalu, berapa nilai penyusutannya?

Penyusutan= (Harga perolehan – nilai residu) : usia ekonomis

(Rp200.000.000 – Rp40.000.000) : 5 tahun

Rp160.000.000 : 5 tahun = Rp32.000.000

Berdasarkan hasil di atas, maka nilai penyusutan dari mesin produksi tersebut sebesar Rp32.000.000/tahun. Nilai residu, umumnya memang sudah tertulis dengan jelas pada tiap penghitungan biaya penyusutan. 

2. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun

Metode yang satu ini akan terlihat bahwa nilai penyusutan akan terus berkurang setiap tahunnya. Rumus dari metode penyusutan jumlah angka tahun (Sum of Years Digit Method) adalah:

Penyusutan = sisa usia penggunaan : jumlah angka tahun x harga perolehan – nilai residu. 

3. Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja

Selain 2 metode di atas, ada pula metode lain, yakni metode penyusutan satuan jam kerja. Metode ini berkaitan dengan harga perolehannya.

Rumusnya: Tarif penyusutan per jam = harga perolehan – nilai residu + total jumlah jam kerja pada penggunaan aktiva tetap.

Berdasarkan rumus ini, maka nilai residu akan memengaruhi besarnya nilai penyusutan karena hal tersebut dapat memengaruhi salah satu variabel di dalamnya.

4. Metode Hasil Produksi

Metode terakhir adalah metode hasil produksi. Pada metode ini, beban biaya penyusutan pada aktiva tetap akan diketahui berdasarkan pada jumlah satuan produk yang bisa dihasilkan dalam kurun waktu terkait. Beban depresiasi akan dihitung berdasarkan nilai satuan hasil produksi. Dengan begitu, nilai depresiasi dari tiap periode akan selalu berubah sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.

Rumusnya: Tarif penyusutan per satuan produk = harga perolehan – nilai residu : jumlah total produk yang mampu dihasilkan.

Dengan menggunakan rumus ini, maka nilai residu akan erat kaitanya dengan harga perolehan.

Itu tadi penjelasan tentang nilai residu yang perlu Anda pahami. Meski tidak semua aktiva tetap memiliki residu, akan tetapi variabel ini cukup berperan dalam dunia akuntansi. Terlebih dalam hal pembuatan laporan keuangan perusahaan Anda.

Reading: Kenali Nilai Residu, Mulai dari Pengertian hingga Ragam Metodenya