Resources / Blog / Tentang Pajak

Pengertian Manajemen Kas Serta Contohnya dalam Akuntansi

Pengertian Manajemen Kas

Manajemen kas merupakan sistem pengelolaan kas perusahaan yang tujuannya agar tersedia kas yang memadai. Dalam hal ini, memadai yang dimaksud adalah kas yang tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terlalu sedikit. 

Kas sendiri adalah suatu bentuk aktiva yang paling likuid yang mana dapat digunakan dengan segera agar mampu memenuhi kewajiban finansial dari suatu perusahaan. Karena sifatnya yang likuid, maka kas bisa memberikan nilai keuntungan yang lebih rendah dari yang lain. 

Apabila suatu perusahaan menyimpan kas dalam bentuk rekening giro, artinya jasa giro yang didapatkan oleh perusahaan memiliki persentase lebih rendah jika disimpan dalam wujud deposito yang berjangka. Untuk memahami lebih detail mengenai manajemen kas, mari simak penjelasannya dalam artikel ini. 

Baca Juga: Manajemen Bisnis: Definisi, Fungsi & Komponen yang Wajib Anda Ketahui

Mengapa Harus Memiliki Kas? 

Dalam dunia bisnis, kas merupakan hal sangat penting untuk dimiliki. Terdapat 3 motif utama perusahaan yang memiliki kas. Mari simak ulasannya berikut ini: 

  1. Motif Transaksi: Motif ini biasanya dilakukan perusahaan dalam menyediakan pembayaran pada berbagai kegiatan transaksi bisnisnya, baik transaksi reguler maupun non reguler. 
  2. Motif Berjaga-jaga: Motif berjaga-jaga merupakan motif yang berusaha mempertahankan saldo kas agar dapat memenuhi permintaan kas yang mana sifatnya pun tidak terduga. Bila seluruh pengeluaran dan pemasukan kas dapat diprediksi secara akurat, maka saldo kas yang disediakan dengan maksud berjaga-jaga ini akan sangat rendah. 
  3. Motif Spekulasi: Motif ini dilakukan agar dapat mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menginvestasikan kas pada bentuk investasi yang sifatnya sangat likuid. Biasanya, jenis instrumen yang dipilih adalah investasi sekuritas. 

Baca Juga: Manajemen Risiko Pajak yang Perlu Anda Lakukan di Masa Pandemi

Model Manajemen Kas

Dalam manajemen kas, terkenal 2 model, yakni model Baumol dan model Orr. Mari pahami kedua model manajemen kas tersebut. 

Model Baumol

Model manajemen kas pertama kali digunakan oleh seorang pakar bernama Baumol. Oleh karena itu, model ini disebut dengan model Baumol. Baumol menjelaskan bahwa keperluan kas dalam perusahaan hampir sama dengan penggunaan persediaan. Bila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, maka perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan dalam menginvestasikan dananya pada kesempatan investasi yang lain yang berpotensi lebih menguntungkan. 

Namun sebaliknya, jika saldo kas perusahaan nilainya rendah, maka perusahaan mungkin mengalami kesulitan likuiditas yang tinggi. Dengan begitu dibutuhkan adanya penyeimbang dan pemahaman akan manajemen kas serta likuiditas. Permasalahan lainnya pun bisa terjadi pada persediaan. 

Contoh: ‘

Diketahui sebuah toko buku online bernama Mari Membaca harus menghadapi permintaan buku yang berjudul Seni untuk Belajar yang selalu sama setiap waktunya. Bila permintaan buku tersebut terjadi dalam 1 tahun sebanyak 250 satuan dan toko tersebut melakukan pemesanan Q satuan setiap kali pesan, maka frekuensi pemesanan yang dilakukan dalam satu tahun adalah sebagai berikut: 

Rumusnya: Penjualan : Jumlah Pesanan

=250 : Q 

Tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan berkisar dari angka 0 hingga Q satuan. Sehingga rata-rata persediaan pada buku tersebut adalah: 

Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan

Jika biaya penyimpanan per tahun dinyatakan sebagai huruf i, maka biaya penyimpanan per tahun yang akan ditanggung oleh pihak perusahaan adalah: 

Biaya penyimpanan per tahun = (Q/2)i 

Namun, bila jumlah permintaan buku adalah 250 satuan, maka berikan notasi D dan setiap kali toko tersebut memerlukan biaya sejumlah o, maka biaya pemesanan yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun adalah: 

Biaya pemesanan dalam satu tahun (D/Q)o

Jadi, total biaya persediaan yang terjadi dalam satu tahun adalah: 

Y = (Q/2)i + (D/Q)o

Selanjutnya, biaya tersebut harus diminimalisir. Oleh karena itu, persamaan di ata akan derivasikan pada Q  dan dibuat dengan angka nol. 

(dY/dQ) = (i/2) – (oD/Q²) = 0

(oD/Q²) = (i/2)

iQ² = 2oD

Q   =  [(2oD)/i)]1/²

Dengan menggunakan logika yang sama, selanjutnya bisa menerapkannya pada manajemen kas perusahaan.

Baca Juga: Manajemen Aset: Siklus & Manfaatnya Pada Perusahaan

Mari perhatikan contoh manajemen kas dan juga sekuritas berikut ini:

Diketahui keperluan kas pada perusahaan ABC di setiap periodenya selalu memiliki kebutuhan kas yang sama. Jika awal suatu periode jumlah kasnya adalah Q, maka perlahan-lahan jumlah saldo kas pada perusahaan tersebut akan berjumlah nol.

Saat sudah mencapai nol, maka perusahaan harus bisa mengubah aktiva lain, seperti sekuritas kas menjadi sejumlah Q. Pertanyaannya berapakah jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas setiap kali dibutuhkan?

Jumlah sekuritas harus bisa dipertimbangkan dengan biaya agar dapat mengubah setiap sekuritas menjadi kas.

Baca Juga: Manajemen Keuangan Perusahaan: 3 Hal yang Wajib Diperhatikan

Mari perhatian contoh berikut: 

Diketahui keperluan kas setiap tahun perusahaan Abdi Banyu adalah 1,2 miliar rupiah, dan penggunaannya perhari sangatlah konstan. Biaya transaksi setiap kali merubah sekuritas menjadi kas adalah sebesar 50 ribu rupiah. Sedangkan tingkat bunga perolehannya adalah 12% pertahun.

Dengan menggunakan rumus persamaan persediaan yang sebelumnya sudah kita bahas, maka kita bisa menghitung jumlah sekuritas yang harus diubah menjadi kas sebagai berikut:

Q =  [(2oD)/i)]1/²

Q = [(2.50.000.1.200.000.000) : 0,12)] 1/²

Q = 31,623 juta

Artinya, perusahaan harus menjual sekuritas dengan nilai 31,623 juta rupiah setiap kali saldonya berhasil mencapai nol rupiah. Dengan begitu, perusahaan bisa meminimalisir biaya karena kehilangan kesempatan dalam menanamkan dananya pada sekuritas dan juga biaya transaksi lainnya.

Biaya lain dalam manajemen kas ini mencakup:

  • Biaya kehilangan kesempatan:

= (Rp 31.623.000 : 2) x 0,12

= Rp 1,897 juta

  • Biaya transaksi:

= (Rp 1,2 M : Rp 31,623 juta) x Rp 50.000

= Rp 1,897 juta

  • Total biaya menjadi:

=2 (Rp 1,897 juta)

= Rp 3,794 juta

Dari hasil ini diketahui pada saat biaya menjadi minim, maka biaya simpan akan sama dengan biaya pesan.

Baca Juga: Mengenal Fungsi Manajemen Perpajakan bagi Perusahaan

Model Orr

Model Miller dan Orr merumuskan manajemen kas seperti berikut ini: 

  • Dalam keadaan penggunaan dan pemasukan kas yang bersifat acak, perusahaan perlu melakukan penetapan batas atas bawah saldo kas. 
  • Apabila saldo kas mencapai batas atas, perusahaan perlu melakukan perubahan dalam jumlah tertentu atas kas agar saldo kembali ke jumlah yang diinginkan. 
  • Sebaliknya, apabila saldo kas menurun dan mencapai batas bawah, perusahaan perlu melakukan penjualan sekuritas agar saldo kas naik kembali ke jumlah yang diinginkan. 

Pada dasarnya, manajemen kas yang baik akan menentukan masa depan dari suatu perusahaan. Jika diketahui manajemen kas tidak berjalan dengan baik, maka perusahaan dapat mengalami kerugian karena kekurangan kas walaupun perusahaan menghasilkan profit. Terlebih mengingat situasi bisnis selalu fluktuatif, sehingga pengelolaan dan perencanaan kas yang baik sangatlah dibutuhkan.

Bicara tentang arus kas perusahaan, tentu mengingatkan Anda pada banyaknya aplikasi yang mampu membantu perusahaan dalam mengelola keuangannya. Salah satunya adalah OnlinePajak yang merupakan aplikasi berbasis web dan telah menjadi mitra resmi Ditjen Pajak. 

OnlinePajak tidak hanya membantu Anda dalam urusan perpajakan, namun dengan ragam fitur seperti e-Faktur yang dapat membantu Anda dalam membuat faktur komersial dan faktur pajak, e-Signature, e-Bupot, dan lain sebagainya yang mampu mengoptimalkan kinerja Anda dalam mengatur pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Pelajari lebih lanjut tentang fitur-fitur OnlinePajak, di sini! Mari ciptakan pengalaman bergabung dengan OnlinePajak dengan daftar, sekarang! 

Reading: Pengertian Manajemen Kas Serta Contohnya dalam Akuntansi